Nama : Ratu Anggun Pertiwi
NPM : 25211908
Kelas : 3EB22
PENALARAN DEDUKTIF
Pendefinisian Penalaran
Penalaran adalah
proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan
sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan
terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah
proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah
proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut
menalar.
Penalaran
deduktif didasarkan atas prinsip, hukum, teori atau putusan lain yang berlaku
umum untuk suatu hal ataupun gejala. Berdasarkan atas prinsip umum tersebut
ditarik kesimpulan tentang sesuatu yang khusus yang merupakan abgian dari hal
atau gejala diatas. Dengan kata lain, penalaran deduktif bergerak dari sesuatu
yang umum kepada yang khusus.
A. Pengertian
Penalaran Deduktif
Ø Penalaran Deduktif adalah suatu
penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah
diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan
baru yang bersifat lebih khusus.
Ø Penalaran deduktif adalah metode
berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum
terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang
khusus.
Metode ini diawali dari pembentukan
·
Teori,
hipotesis,
·
Definisi
operasional,
·
Instrumen
dan
·
Operasionalisasi.
Dengan
kata lain, untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep
dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian
dilapangan. Dengan demikian konteks penalaran deduktif tersebut, konsep dan
teori merupakankata kunci untuk memahami suatu gejala.
Penalaran deduktif didasarkan atas
prinsip, hukum, teori atau putusan lain yang berlaku umum untuk suatu hal
ataupun gejala. Berdasarkan atas prinsip umum tersebut ditarik kesimpulan
tentang sesuatu yang khusus yang merupakan abgian dari hal atau gejala diatas.
Dengan kata lain, penalaran deduktif bergerak dari sesuatu yang umum kepada
yang khusus.
Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar
penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut
denganconsequence (konklusi).
Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang
menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam
bagian-bagiannya yang khusus.
Contoh:
Masyarakat Indonesia
konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus)
dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya
hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status sosial.
Pengertian Premis Mayor dan Premis Minor
Premis mayor adalah pernyataan umum,
sementara premis minor artinya pernyataan khusus. Proses itu dikenal dengan
istilah silogisme. Silogisme merupakan proses penalaran di mana dari dua
proposisi (sebagai premis) ditarik suatu proposisi baru (berupa konklusi).
Misalnya : "Semua orang akhirnya
akan mati" (premis mayor).
Hasan adalah orang (premis minor).
Oleh karena itu, "Hasan
akhirnya juga akan mati" (kesimpulan).
Jadi, berfikir deduktif adalah berfikir
dari yang umum ke yang khusus.
Dari yang abstrak ke yang konkrit.
Dari teori ke fakta-fakta.
B. Jenis
Penalaran Deduktif
Jenis penalaran deduktif yang menarik
kesimpulan secara tidak langsung yaitu:
1. Silogisme
Kategorial :
Silogisme yang terjadi dari tiga proposisi. Silogisme kategorial disusun
berdasarkan klasifikasi premis dan kesimpulan yang kategoris. Konditional
hipotesis yaitu : bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya
membenarkan konsekuen. Bila minornya Menolak anteseden, simpulannya juga
menolak konsekuen. Premis yang mengandung predikat dalam kesimpulan disebut
premis mayor, sedangkan premis yang mengandung subjek dalam kesimpulan disebut
premis minor.
Contoh :
Premis Mayor : Tidak ada manusia yang
abadi
Premis Minor : Socrates adalah manusia
Kesimpulan : Socrates tidak abadi
Hukum-hukum Silogisme Katagorik
Apabila
dalam satu premis partikular, kesimpulan harus parti¬kular juga, seperti:
Semua
yang halal dimakan menyehatkan
Sebagian
makanan tidak menyehatkan,
Jadi
Sebagian makanan tidak halal dimakan
(Kesimpulan
tidak boleh: Semua makanan tidak halaldimakan).
Kaedah- kaedah dalam silogisme
kategorial adalah :
·
Silogisme
harus terdiri atas tiga term yaitu : term mayor, term minor, term penengah.
·
Silogisme
terdiri atas tiga proposisi yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan
·
Dua
premis yang negatif tidak dapat menghasilkan simpulan.
·
Bila
salah satu premisnya negatif, simpulan pasti negative.
·
Dari
premis yang positif, akan dihasilkan simpulan yang positif.
·
Dari
dua premis yang khusus tidak dapat ditarik satu simpulan.
·
Bila
premisnya khusus, simpulan akan bersifat khusus.
·
Dari
premis mayor khusus dan premis minor negatif tidak dapat ditarik satu simpulan.
2. Silogisme
Hipotesis :
Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional
hipotesis. Menurut Parera (1991: 131) Silogisme hipotesis terdiri atas premis
mayor, premis minor, dan kesimpulan. Akan tetapi premis mayor bersifat
hipotesis atau pengadaian dengan jika … konklusi tertentu itu terjadi, maka
kondisi yang lain akan menyusul terjadi. Premis minor menyatakan kondisi
pertama terjadi atau tidak terjadi.
Ada 4 (empat) macam tipe silogisme
hipotesis:
1. Silogisme hipotesis yang premis minornya
mengakui bagian antecedent, seperti:
Jika hujan, saya naik becak.
Sekarang hujan.
Jadi saya naik becak.
2. Silogisme hipotesis yang premis minornya
mengakui bagiar konsekuennya, seperti:
Bila hujan, bumi akan basah.
Sekarang bumi telah basah.
Jadi hujan telah turun.
3. Silogisme hipotesis yang premis minornya
mengingkari antecedent, seperti:
Jika politik pemerintah dilaksanakan
dengan paksa, maka
kegelisahan akan timbul. Politik
pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa, Jadi kegelisahan tidak akan
timbul. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian
konsekuennya,
seperti:
Bila mahasiswa turun ke jalanan, pihak
penguasa akan gelisah Pihak penguasa tidak gelisah. Jadi mahasiswa tidak turun
ke jalanan.
Kaedah- kaedah Silogisme Hipotesis
Mengambil
konklusi dari silogisme hipotesis jauh lebih mudah dibanding dengan silogisme
kategorik. Tetapi yang penting di sini adalah menentukan kebenaran konklusinya
bila premis-premisnya merupakan pernyataan yang benar.
Bila antecedent kita lambangkan dengan A
dan konsekuen dengan B, jadwal hukum silogisme hipotetik adalah:
1) Bila A terlaksana maka B juga
terlaksana.
2)
Bila
A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana. (tidak sah = salah)
3)
Bila
B terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah = salah)
4) Bila B tidak terlaksana maka A tidak
terlaksana
Contoh :
a) Premis Mayor: Jika tidak turun hujan,
maka panen akan gagal
Premis Minor: Hujan tidak turun
Konklusi : Sebab itu panen akan gagal.
b)
Premis
Mayor : Jika tidak ada air, manusia akan kehausan.
Premis Minor : Air tidak ada.
Kesimpulan : Manusia akan kehausan.
3. Silogisme
Akternatif :
Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif.
Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu
alternatifnya. Simpulannya akan menolak alternatif yang lain. Proposisi
minornya adalah proposisi kategorial yang menerima atau menolak salah satu
alternatifnya. Konklusi tergantung dari premis minornya.
Silogisme ini ada dua macam, silogisme
disyungtif dalam arti sempit dan silogisme disyungtif dalam arti luas.
Silogisme disyungtif dalam arti sempit mayornya mempunyai alternatif
kontradiktif, seperti:
la lulus atau tidak lulus.
Ternyata ia lulus
Jadi, la bukan tidak lulus
Silogisme disyungtif dalam arti luas
premis mayomya mempunyai alternatif bukan kontradiktif, seperti:
Xsa di rumah atau di pasar.
Ternyata tidak di rumah.
Jadi, di pasar
Silogisme disyungtif dalam arti sempit
maupun arti iuas mempunyai dua tipe yaitu:
1. Premis minornya mengingkari salah satu
alternatif, konklusi-nya adalah mengakui alternatif yang lain.
2. Premis minor mengakui salah satu
alternatif, kesimpulannya adalah mengingkari alternatif yang lain.
Kaedah-kaedah silogisme alternatif :
1. Silogisme disyungtif dalam arti sempit,
konklusi yang dihasilkan selalu benar, apabila prosedur penyimpulannya valid
2.
Silogisme
disyungtif dalam arti luas, kebenaran koi adalah sebagai berikut:
a.
Bila
premis minor mengakui salah satu alterna konklusinya sah (benar)
Contoh :
Rizki menjadi guru atau pelaut.
la adalah guru.
Jadi bukan pelaut
Rizki menjadi guru atau pelaut.
la adalah pelaut.
Jadi bukan guru
b.
Bila
premis minor mengingkari salah satu a konklusinya tidak sah (salah)
Contoh :
Penjahat itu lari ke Surabaya atau ke
Yogya.
Ternyata tidak lari ke Yogya.
Jadi ia lari ke Surabaya. (Bisa jadi ia
lari ke kota lain).
Rifki menjadi guru atau pelaut.
Ternyata ia bukan pelaut.
Jadi ia guru. (Bisa jadi ia seorang
pedagang)
Contoh :
Premis Mayor : Nenek Sumi berada di
Bandung atau Bogor.
Premis Minor : Nenek Sumi berada di
Bandung.
Kesimpulan : Jadi, Nenek Sumi tidak
berada di Bogor.
4. Entimen :
Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam
tulisan maupun tulisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan kesimpulan.
Entimen atau Enthymeme berasal dari
bahasa Yunani “en” artinya di dalam dan “thymos” artinya pikiran adalah sejenis
silogisme yang tidak lengkap, tidak untuk menghasilkan pembuktian ilmiah,
tetapi untuk menimbulkan keyakinan dalam sebuah entimem, penghilangan bagian
dari argumen karena diasumsikan dalam penggunaan yang lebih luas, istilah
"enthymeme" kadang-kadang digunakan untuk menjelaskan argumen yang
tidak lengkap dari bentuk selain silogisme.
Menurut
Aristoteles yang ditulis dalam Retorika, sebuah "retorik silogisme"
adalah bertujuan untuk pembujukan yang berdasarkan kemungkinan komunikan
berpendapat sedangkan teknik bertujuan untuk pada demonstrasi. Kata lainnya,
entimem merupakan silogisme yang diperpendek.
Contoh :
Rumus Entimen:
PU : Semua A = B : Pegawai yang baik
tidak pernah datang terlambat.
PK : Nyoman pegawai yang baik.
S : Nyoman tidak pernah datang terlambat
Entimen : Nyoman tidak pernah datang
terlambat karena ia pegawai yang baik
Beberapa ciri utama dari penalaran deduktif, yaitu :
1. Jika semua premis benar maka kesimpulan
pasti benar
2. Semua informasi atau fakta pada
kesimpulan sudah ada, sekurangnya secara implisit, dalam premis.
DAFTAR
PUSTAKA:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar